Tuesday, April 12, 2011

sePERCIK keBAHAGIAAN

Apakah arti kebahagian bagiku? Dan apa pula menurutmu? Kepuasan atas ambisi dan berbagai keinginan serta kesenangankah? Atau ada rumus dan perhitungan tertentu? Sekali-kali bukan itu, karena kita orang beriman yang mendengar sabda Sang Nabi r, dari Abu Hurairah yang artinya,

“Dunia itu adalah penjara bagi orang beriman, dan surga bagi orang kafir.” (H.R. Muslim)


Dengan demikian aku memandang segala sesuatu bukan dengan dunia, melainkan mata akhirat. Walau bukan berarti aku tak ingin bahagia di dunia. Dan kebahagiaan bagi hamba yang beriman itu sangat jauh berbeda. Ibarat pepatah, aliran berpuluh anak sungai yang bermuara satu.


Bagi seorang Abdullah Ar-Rumi, “Kebahagiaan itu terletak pada pengenalan terhadap hakikat ibadah.”


Sementara Ibnu Taimiyah menjelaskan, bahwa kebahagiaan itu tidak lain adalah tingkat pengenalan sesorang terhadap nilai dan hakikat ibadah. Orang yang berbahagia adalah orang yang paling menghamba, alias paling tekun menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah. Seberapa besar tingkat pengenalannya terhadap ibadah –yang diperolehnya melalui proses belajar dan praktik secara tepat, cermat dan ikhlas- sebesar itulah tingkat kebahagiaannya.


Namun kebahagian pun bisa bertolak dari sesuatu yang praktis, sebagaimana sabda Sang Nabi r,


“Ada empat kunci kebahagiaan: istri yang salihah, rumah yang baik (luas meskipun sederhana), tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman. Dan ada empat hal yang bisa membawa kesengsaraan: tetangga yang jahat, istri yang tidak salihah, rumah yang sempit dan kendaraan yang menyusahkan.” (H.R. Ibnu Hiban)


Istri yang salihah, benar, ia dipastikan merupakan sebuah kebahagiaan bagi dirinya maupun orang-orang di sekitarnya. Betapa Sang Nabi r pun pernah bersabda yang artinya,


"Dunia adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah wanita yang salihah.” (H.R. Muslim)


Baiklah, lalu dimanakah harta perhiasan, sawah ladang, emas permata yang membuat kami bahagia? Memang demikianlah naluri kemanusiaan, dimana kebahagiaannya terbungkus dalam sebahagian syahwat (keinginannya). Dalam batas yang tipis ketika syahwat itu menentukan kebahagiaan seseorang, apakah kemudian dalam ridha-Nya atau dalam kemarahan-Nya.


“Dijadikan indah, pada (pandangan) manusia kecintaan kepada keinginannya (syahwat), yaitu: para wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak dan swah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan si sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran:14)

No comments:

Post a Comment

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
"لا يكلف الله نفسا الا وسعها"...
..::..ALLAH tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..::..♥..ان الله معنا..